Islam adalah agama yang mencerahkan kehidupan manusia. Kitab sucinya - Al
Qur’an -adalah sebuah mukjizat yang menjadi petunjuk sepanjang masa. Tentang
apa saja. Di dalamnya ada guidance ajaib, yang jika dipraktekkan bakal
mengantarkan kita kepada hasil yang menakjubkan. Di segala bidang. Di bidang
ekonomi, bidang politik, sosial budaya, keluarga, sampai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menjadi ciri khan manusia abad ini dan mendatang.
Karena itu, Islam menjamin umatnya bakal menjadi umat teladan jika
mengikutinya. Sayang, beberapa ratus tahun terakhir ini, umat Islam tidak
menjalankan ajaran Al Qur’an secara utuh dan konsisten. Maka umat yang
seharusnya menjadi teladan di muka Bumi ini pun menjadi terperosok dalam jurang
kemunduran yang sangat dalam.
Dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, Al Qur’an adalah kitab suci yang
paling mengagumkan. Prediksi-prediksinya tentang banyak hal ke masa depan luar
biasa akurat dan mencengangkan. Mulai dari bidang kosmologi, astronomi,
biologi, kedokteran, kimia, metalurgi, sampai perkembangan biomolekuler
mutakhir, sangatlah mengagumkan. Tidak berlebihan jika Al Qur’an disebut
sebagai buku induk ilmu pengetahuan.
Hal ini, sebenarnya telah dibuktikan oleh ilmuwan-ilmuwan Islam di jaman
keemasan khalifah Islamiyah. Pada jaman itu ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang sangat pesat. Dan kemudian diadopsi oleh peradaban Barat, sehingga
berkembang seperti dewasa ini. Ironisnya, kini dunia Islam malah meredup.
Bukan hanya di masa lalu, di masa depan peradaban manusia pun, Al Qur’an
bakal tetap bersinar sebagaimana diklaim dalam ayat-ayat yang terkandung di
dalamnya.
QS. An Nisaa' (4): 174
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu,
dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).
Prediksi-prediksi dalam bidang kosmologi misalnya, sungguh mengagumkan. Di
antaranya adalah, munculnya teori Big Bang ternyata seiring dengan penjelasan
dalam Al Qur’an surat al Anbiyaa': 30. Ayat itu menjelaskan bahwa langit dan
Bumi dulunya memang satu kesatuan kemudian dipisahkan dengan kekuatan besar.
Sebaliknya keruntuhan alam semesta - Big Crunch - kelak, juga sudah
diprediksi oleh Al Qur’an dalam surat yang sama ayat 104. Bahwa Allah bakal
menggulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana
permulaan penciptaan, maka demikian pula Allah bakal mengakhirinya. Dua
skenario besar yang sampai kini masih menjadi bahan diskusi para pakar
kosmologi modern.
Dalam bidang Fisika modern, Al Qur’an juga memberikan gambaran-gambaran
menakjubkan tentang relativitas waktu, perjalanan teleportasi, alam semesta
berdimensi 9, rekaman alam semesta, dan dunia hologram. Semua itu adalah
puncak-puncak perkembangan mutakhir dalam bidang sains modern yang belum
sepenuhnya dipahami oleh para pakar. Akan tetapi Al Qur’an telah memberikan
sinyal-sinyal keberadaannya.
Saya hanya ingin memberikan gambaran lebih jelas kepada anda bahwa Al Qur’an
adalah kitab induk ilmu pengetahuan yang luar biasa hebatnya. Sayangnya, selama
ini kita memperlakukannya hanya sebagai buku doktrin yang tidak boleh dipahami
secara ilmiah. Pokoknya telan saja mentah-mentah. Dan tidak boleh membantah
guru yang mengajarinya.
Nah dalam diskusi ini, sekali lagi saya akan mengajak pembaca untuk memahami
betapa indah dan canggihnya informasi dari dalam Al Qur’an ketika bercerita
tentang penciptaan manusia. Baik manusia pertama, maupun kita semua yang
menjadi anak cucunya.
Al Qur’an menyodorkan sebuah cerita ilmiah mempesona yang menggabungkan
ilmu-ilmu kedokteran mutakhir, ilmu biologi, biokimia, fisika modern, dan ilmu
biomolekuler yang kini berkembang sangat pesat.
Proses penciptaan Adam dan Hawa beserta anak cucunya tidak lagi harus kita
persepsi sebagai sebuah cerita legenda yang membosankan, melainkan sebagai
sebuah pertunjukan drama kolosal sains fiction yang sangat mencengangkan. Allah
memberikan sinyal-sinyal itu dalam berbagai firmanNya.
QS. As Sajdah (32): 7-9
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (sperma &
ovum).
Kemudian Dia menyempumakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.
Ayat-ayat di atas, di bagian-bagian berikut yang lebih khusus, akan kita
bahas lewat pendekatan sains mutakhir, bersama ayat-ayat lain dari dalam Al
Qur’an.
Semakin banyak ilmu mutakhir yang kita libatkan, semakin baik pula kesimpulan
yang kita peroleh. Semakin canggih alat yang kita gunakan, maka semakin
mendalam pula kepahaman yang kita peroleh.
QS. Al Jaatsiyah (45): 2-5
Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kehebatan
Allah) untuk orang-orang yang beriman.
Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang
bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (canggihnya ilmu Allah) untuk
kaum yang meyakini,
dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari
langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada
perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (Keagungan Kekuasaa Allah) bagi kaum
yang berakal.
It's Me
about me
- wildaan's blog
- bismillah syukur alhamdulillah saya lahir didunia ini dalam keadaan sebaik-baiknya semoga di akhir hidup ini kelak juga dalam keadaan sebaik-baiknya mendapat ridho Alloh Subhanahu wata'ala.Allohumma Amin
NEw COmment for me
Jumat, 24 April 2009
ISLAM MENCERAHKAN
Diposting oleh
wildaan's blog
di
05.59
0
komentar
Sabtu, 11 April 2009
Berpolitik Bagian Dari Dakwah
Posted By Tim dakwatuna.com On 25 Maret 2009 @ 13:46 In Fiqh Da'wah | 14 Comments
dakwatuna.com - Allah SWT. telah menurunkan Risalah terakhir yang merangkum seluruh risalah nabi-nabi sebelumnya. Risalah yang bersifat “syaamilah mutakaamilah” (komprehensif dan integral). Risalah yang tidak ada satupun dimensi kehidupan kecuali ia mengaturnya secara sistemik baik secara global maupun secara spesifik. Oleh karenanya, Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah:208)
“Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.” (Al-Maidah:48)
Risalah Islam ini sesungguhnya “Risalah Nabawiyah” yang terakhir yang sengaja diturunkan sebagai “way of life” (cara hidup) bagi seluruh manusia. Oleh karenanya ia bicara tentang seluruh dimensi kehidupan manusia. Baik dimensi aqidah, ibadah maupun dimensi akhlak. Dan yang termasuk dalam tiga dimensi ini adalah masalah ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan. Di sini, tidak boleh ada yang melakukan dikotomi dalam ajaran Islam. Tidak ada yang mengatakan: “Islam Yes, Politik No”, dan tidak ada lagi yang mengatakan: “Dakwah Yes, Politik No”. atau mengatakan: “Yang penting adalah aqidah, yang lain nggak penting.”
Selanjutnya bagaimana kita memiliki pemahaman yang komprehensif ini dan memperjuangkannya dalam kehidupan kita. Yang akhirnya lahirlah pencerahan dan perbaikan dalam dunia ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan yang berimpact kepada kebaikan dan maslahat umat.
Tarbiyah Siyasiyah
Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah sangat urgent dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik yang sejatinya, tidak sama dengan pemahaman selama ini dalam ilmu politik secara umum, yaitu berpolitik yang hanya dimaksudkan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita berpartisipasi dalam politik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan memperjuangkan kepentingan masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin untuk memperbaiki sistem yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan gerakan berpartai dan berpolitik, disebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan Politik). Dalam bahasa Imam Hasan Al-Banna, perjuangan ini dikatagorikan dalam marhalah “rukun amal” yang disebut “Ishlahul Hukumah” (Perbaikan Pemerintahan).
Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact kepada dimensi kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan dakwah. Yang berujung kepada pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan aset-aset negara dan pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu memelihara identitas atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi spirituil dalam aspek sosial budaya.
Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia dakwah saja dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia politik adalah dunia “rawan dan beranjau”, dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal menjadi haram, haram menjadi halal, atau menyetujui demokrasi yang merupakan produk Barat, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah seruan ini seperti orang yang mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik No”. Sebuah adigium yang dulu merupakan musuh bersama umat Islam dan da’i yang mengajak kembali manusia kepada Islam secara kaffah atau komprehensif.
Dan bila ada sebagian kader yang tergelincir dan terjerumus dalam permainan sistem yang destruktif negatif, maka tugas umat, organisasi massa Islam atau organisasi politik Islam untuk menyiapkan sarana dan prasarana agar setiap yang terjun ke dunia politik tetap istiqamah dalam menjalankan amanah yang dibebankan kepadanya dan tetap menjaga integritas diri.
Baina Ad-Dakwah Was Siyasah
Apakah ada pertentangan antara dakwah dan siyasah atau politik?. Jawaban pertanyaan ini akan menyelesaikan kerisauan dan kegamangan kita dalam melakukan kerja-kerja dakwah selanjutnya yang bersinggungan dengan dunia politik dan langkah meraih kemenangan “Jihad Siyasi” dalam perhelatan pemilihan wakil-wakil rakyat dan pemimpin negeri ini.
Ayat di atas dan pengertian Islam yang didefinisikan oleh Imam Hasan Al-Banna di bawah ini adalah dalil yang menunjukkan tentang titik temunya amal da’awi dan amal siyasi dalam bingkai keislaman. Jadi tidak ada samasekali pertentangan antara dunia Dakwah dengan dunia Politik. Coba kita renungkan pernyataan Beliau dalam “Risalatut Ta’lim”:
الإسلامُ نِظَامٌ شَامِلٌ يَتَنَاوَلُ مَظَاهِرَ الحَيَاةِ جَمِيْعًا فهو دَوْلَةٌ وَوَطَنٌ أَوْ حُكَُوْمَةٌ وَأُمَّةٌ، وَهُوَ خُلُقٌ وَقَوَّةٌ أَوْ رَحْمَةٌ وَعَدَالَةٌ، وَهُوَ ثَقَافَةٌ وَقَانُوْنٌ أَوْ عِلْمٌ وَقَضَاءٌ، وَهُوَ مَادَّةٌ وَثَرْوَةٌ أَوْ كَسْبٌ وَغَِنىً، وَهُوَ جِهَادٌ وَدَعْوَةٌ أَوْ جَيْشٌ وَفِكْرَةٌ، كَمَا هُوَ عَقِيْدَةٌ صَادِقَةٌ وَعِباَدَةٌ صَحِيْحَةٌ سَوَاءٌ بِسَوَاءٍ
“Islam adalah nidzam (aturan) komprehensif yang memuat seluruh dimensi kehidupan. Ia adalah daulah dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia adalah akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah (wawasan) dan qanun (perundang-undangan) atau keilmuan dan peradilan, ia adalah materi dan kesejahteraan atau profesi dan kekayaan. Ia adalah jihad dan dakwah atau militer dan fikrah, sebagaimana ia adalah aqidah yang benar dan ibadah yang shahih ( benar).”
Dakwah yang bertujuan menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai Islam secara komprehensif bisa dilakukan oleh kader di manapun ia berada dan apapun profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknokrat, birokrat, petani, buruh, politikus (aleg) dan eksekutif (menetri) bahkan seorang presiden sekalipun. Jadi dakwah bukan suatu yang antagonis dengan dunia politik, akan tetapi dunia politik merupakan salah satu lahan dakwah.
Semoga tulisan singkat ini mampu memberi energi baru dan gelora semangat bagi kita umat Islam untuk menguatkan persatuan dan kesatuan untuk menuju Indonesia yang lebih baik, yang diridhoi Allah swt. menuju “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur.” Allahu Akbar Walillahi alhamdu.
Article printed from dakwatuna.com: http://www.dakwatuna.com
URL to article: http://www.dakwatuna.com/2009/berpolitik-bagian-dari-dakwah/
Diposting oleh
wildaan's blog
di
18.48
0
komentar